Jokowi: Kita Punya 65,4 Juta UMKM, Baru 19 Juta yang Masuk Platform Digital

JAKARTA, KOMPAS.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, saat ini Indonesia memiliki 65,4 juta usaha kecil, mikro dan menengah (UMKM).

Namun, saat memberi sambutan dalam acara Peresmian Pembukaan BUMN Startup Day Tahun 2022, Jokowi mengatakan, baru 19 juta UMKM yang sudah masuk ke platform digital.

Selain persoalan itu, kepala negara juga menyinggung soal kemasan, kualitas hingga kapasitas produksi dalam pengembangan UMKM nasional.

“Hati-hati kita memiliki 65,4 juta UMKM. Memang masih banyak persoalan, urusan kemasan, urusan kualitas, produksi, urusan kapasitas produksi, tetapi di situ baru 19 juta yang masuk ke platform digital. Sehingga masih ada ruang yang sangat besar untuk bisa kita kerjakan di sana,” ujar Jokowi, sebagaimana disiarkan YouTube Sekretariat Presiden, Senin (26/9/2022).

Jokowi menilai Indonesia saat ini memiliki banyak peluang dan kesempatan dalam meningkatkan pengembangan perusahaan rintisan (startup).

Menurutnya, hal tersebut antara lain bisa dilihat dari ekonomi digital Indonesia yang tumbuh pesat hingga berkali-kali lipat.

“Ekonomi digital kita tumbuh pesat dan tertinggi di Asia Tenggara, melompat delapan kali lipat dari (tahun) 2020 kira-kira Rp 632 triliun melompat menjadi Rp 4.531 triliun nanti di (tahun) 2030. Artinya, peluangnya besar sekali,” kata Jokowi.

Selain itu, kepala negara menyebutkan, Indonesia juga memiliki potensi lain, yakni jumlah pengguna internet yang besar yang mencapai 77 persen dari total penduduk Indonesia dengan penggunaan rata-rata 8 jam 36 menit setiap harinya.

Tak hanya itu, Indonesia juga merupakan negara dengan perusahaan rintisan tertinggi keenam di dunia.

“Pertama memang Amerika, India, UK (United Kingdom/Britania Raya), Kanada, Australia, Indonesia, nomor enam. Ini juga sebuah potensi yang besar yang harus kita kembangkan,” tutur Jokowi

Meskipun demikian, Jokowi mengungkapkan bahwa masih banyak bidang yang ke depannya  perlu diatasi dengan teknologi, di antaranya dalam bidang pangan, kesehatan, dan UMKM.

Presiden menilai hal tersebut merupakan peluang pengembangan perusahaan rintisan di Indonesia.

“Dari kategori yang saya lihat, memang yang paling besar masih di fintech 23 persen. Kemudian, retail ada 14 persen. Padahal, tadi kalau lihat, urusan masalah krisis pangan, urusan pangan ke depan ini akan menjadi persoalan besar yang harus dipecahkan oleh teknologi,” ujarnya.

Presiden juga menekankan, pembentukan perusahaan rintisan perlu melihat kebutuhan pasar yang ada.

Selain itu, perusahaan rintisan juga perlu didukung oleh ekosistem yang berkesinambungan agar dapat berhasil masuk ke pasar dan peluang yang ada.

“Hati-hati, 80 persen sampai 90 persen startup gagal saat merintis. Karena sekali lagi, tidak melihat kebutuhan pasar yang ada,” kata Jokowi.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *