Waduk Brigif merupakan proyek pertama berbasis alam yang dinilai bisa menyelesaikan masalah limpahan air sungai.
“Limpah ini punya (makna) berlebih tapi yang positif. Berlimpah harga yang berlimpah, ilmu yang berlimpah, air yang berlimpah. Jadi tone-nya positif. Kita dapatkan air berlimpah,” kata Anies saat itu.
Anies mengatakan, proses pembangunan Waduk Brigif merujuk pada konsep sungai dalam pengendalian banjir yang ada di dua negara, yakni Kallang River di Singapura dan Sungai Meuse atau Maas serta Waal di Belanda.
“Kami merujuk ada dua tempat yang bisa menjadi rujukan. Pertama adalah Kallang River di Singapura, karena itu Pak Dubes (Singapura) yang hadir di sini,” ujar Anies.
Anies mengungkapkan bahwa untuk mengerjakan proyek ini, Pemprov DKI Jakarta lebih dulu meninjau dan berdiskusi ke wilayah Singapura serta Belanda pada 2018 dan 2019.
“Ini adalah sebuah konsep yang beda dengan yang ada sebelumnya, maka nama room for the river, ruang untuk sungai di sini menggunakan ruang limpah sungai. Pada saat air sungai berlimpah, di situlah disiapkan ruang untuk menampungnya,” kata Anies.