TEMPO.CO, Jakarta – Jajaran direksi induk Shopee dan Garena, Sea Ltd. memutuskan tak mengambil gaji untuk melindungi perusahaan dari perlambatan ekonomi yang mengancam perusahaan teknologi. Selain mengorbankan gaji, para pejabat di jajaran eksekutif perusahaan juga memperketat kebijakan pengeluaran.
“Tim kepemimpinan telah memutuskan bahwa kami tidak akan mengambil kompensasi tunai sampai perusahaan mencapai self-sufficiency,” kata Chief Executive Officer Sea Ltd Forrest Li dalam internal memo perusahaan kepada perusahaan, seperti dikutip Bloomber, Jumat, 16 September 2022.
| Baca Juga : BSU Rp600.000 Tahap 2 Disalurkan Pekan Depan, Begini Cara Cek Data Penerima Terbaru
Di dalam surat itu, Forrest Li juga menyebutkan bahwa manajemen melihat bahwa yang terjadi saat ini bukan badai yang berlalu dengan cepat. “Kondisi negatif ini kemungkinan akan bertahan hingga jangka menengah,” tulisnya.
Kebijakan Sea Ltd ini tetuang dalam internal memo perusahaan kepada karyawan. Internal memo tersebut dikirim beberapa hari setelah Sea menutup operasi di beberapa negara dan memangkas karyawan pada seluruh divisinya.
Dalam surat yang berisi 1.000 kata dan dilihat oleh Bloomberg News, Forrest Li menguraikan tentang perjuangan Sea di era kenaikan suku bunga, percepatan inflasi dan pasar yang bergejolak. Perusahaan telah kehilangan sekitar US$ 170 miliar nilai pasar atau sekitar Rp 2.550,7 triliun (asumsi kurs Rp 15.004 per dolar AS), sejak level tertinggi Oktober 2021.
| Baca Juga : Lowongan Kerja Kemenko Perekonomian untuk S1, Honor Rp 5 Juta – Koransumsel.com
Hal itu juga yang menjadi tantangan perusahaan dalam memproyeksikan bagaimana pemasukan dan penurunan global dalam saham teknologi. “Dengan investor yang melarikan diri ke investasi safe haven, kami tidak mengantisipasi dapat mengumpulkan dana di pasar,” kata Li.
Forrest Li menegaskan kembali bahwa tujuan utama perusahaan untuk 12 hingga 18 bulan ke depan adalah mencapai arus kas positif sesegera mungkin.
Pada Kamis lalu, 15 September 2022, saham Sea tercatat turun 3,37 persen pada akhir perdagangannya di Bursa New York. Saham perusahaan anjlok hingga 72,79 persen sepanjang tahun ini (year-to-date/ytd).
Adapun analis Bloomberg Intelligence Nathan Naidu menilai komitmen Sea untuk pemotongan biaya dalam tim kepemimpinan yang mengorbankan kompensasi mereka, menunjukkan bahwa perusahaan berada di jalur untuk titik impas EBITDA pada 2023. Artinya, satu tahun lebih awal dari perkiraan konsensus analis.
“Skenario kami memproyeksikan pendapatan Sea dapat tumbuh 30 persen pada 2022 dan meningkat hingga 60 persen pada 2023 dengan pemulihan game dan pertumbuhan e-commerce di Brasil,” ujar Nathan.
Bila Sea dapat menggenjot rasio biaya operasional terhadap pendapatan dari 58 persen saat ini dan menuju level 30-40 persen seperti Amazon dan Mercado Libre, menurut dia, maka Sea kemungkinan memperoleh keuntungan pada 2023.
Sea Ltd diketahui bakal menekan pengeluaran karyawan, seperti perjalanan bisnis ke tarif penerbangan kelas ekonomi hingga membatasi biaya makan dan perjalanan hingga US$ 30 per hari. Perusahaan juga akan membatasi pengeluaran untuk menginap di hotel untuk perjalanan bisnis menjadi US$ 150 per malam, dan memotong reimbursement untuk tagihan makan dan hiburan.
“Satu-satunya cara bagi kami untuk membebaskan diri dari ketergantungan pada modal eksternal adalah menjadi mandiri, menghasilkan cukup uang untuk semua kebutuhan dan proyek kami sendiri,” kata Forrest Li.
Saat ini Sea menghadapi tekanan yang meningkat dalam upaya mendorong pertumbuhan dan mengendalikan biaya operasinya. Salah satunya karena konsumen kembali menahan belanja online akibat kenaikan suku bunga dan harga yang membebani ekonomi. Sedangkan investor tampak menjadi kurang bersedia membiayai pertumbuhan tanpa keuntungan.
Setelah bergulat dengan serangkaian kemunduran luar biasa tahun ini, termasuk pelarangan mendadak game seluler paling populer di India, induk perusahaan Shopee tersebut kini ingin mengambil langkah signifikan untuk beralih dari pertumbuhan tak terkendali ke era profitabilitas.