PADI MEMBUSUK Usai Seminggu Terendam Banjir, Sawah di 3 Desa Muratara Gagal Panen

SRIPOKU.COM, MURATARA – Sepekan terendam banjir, ratusan hektare sawah petani di Kecamatan Rawas Ilir, Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), gagal panen.

Ratusan hektar sawah petani di Muratara itu gagal panen karena tanaman padi membusuk kelamaan terendam banjir.

“Banjirnya itu sekitar delapan hari,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Muratara, Ade Meiri Siswani melalui Sekretaris, Eko Mahendra pada TribunSumsel.com, Senin (19/9/2022).

Ia menjelaskan, persawahan yang terendam banjir di wilayah Kecamatan Rawas Ilir terjadi di tiga desa yakni Desa Pauh, Pauh I, dan Batu Kucing.

Di Desa Pauh, dari total luasan persawahan sebanyak 412 hektare, ada 250 hektare yang terendam banjir.

“250 hektare yang terendam itu kebanyakan sudah busuk, menurut laporan sekretaris desa di sana semuanya gagal panen,” ujar Eko.

Begitu juga di Desa Batu Kucing, dari total luasan persawahan sebanyak 147 hektare, semuanya terendam banjir.

Eko menyebut pihaknya belum bisa mengecek ke lokasi maupun menerima laporan dari pemerintah desa mengenai kondisi tanaman padi petani di sana.

Namun diyakininya, nasib sawah petani di Desa Batu Kucing tersebut sama seperti yang dialami di Desa Pauh.

“Di sana seluruhnya terendam, tapi kondisi terakhirnya kita belum dapat laporan, tapi kemungkinannya sama dengan di Pauh (gagal panen), karena kawasannya lebih rendah,” ujarnya.

Sementara di Desa Pauh I, lanjut Eko, dari total luasan persawahan sebanyak 285 hektare, hanya 20 hektare yang terendam banjir.

“Kalau yang di Desa Pauh I tidak berpotensi gagal panen, 20 hektare itu aman,” katanya.

Eko menambahkan, dalam satu hektare sawah, petani biasanya mampu menghasilkan 4,5 ton gabah kering.

Dari 4,5 ton tersebut, bila sudah berubah menjadi beras hasilnya sekira 2,9 ton.

“Itu perkiraan hasil panen sesuai standar, artinya lebih kurang segitu,” ujar Eko.

Salah seorang petani di Desa Pauh, Haiping mengungkapkan sawahnya terendam banjir sebanyak dua hektare.

“Semuanya gagal panen, karena padinya menjadi busuk akibat banjir,” ujarnya.

Banjir akibat luapan sungai Rawas yang melanda desa tersebut ternyata di luar prediksi petani.

Petani mulanya memprediksi biasanya banjir melanda di bulan Oktober atau November, namun terjadi lebih awal pada September ini.

“Setiap tahun desa kami memang mengalami banjir, tapi biasanya banjir di bulan Oktober, namun ternyata terjadi di bulan September,” kata Haiping.

Menurut dia, saat banjir melanda, tanaman padi di desanya rata-rata mulai memasuki musim panen, namun sayangnya terlanjur terendam.

“Seandainya tidak banjir pada bulan ini, masyarakat akan mengadakan panen dijadwalkan mulai akhir September ini,” katanya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *