MESKI sempat diragukan berbagai pihak serta mengalami kegagalan pernikahan dengan Diana Spenser, akhirnya Pangeran Charles dinobatkan sebagai Raja Charles III. Di samping gelar keduniawian, Raja Charles III memperoleh gelar Defender of Faith serta Supreme Governor of Church of England.
Pada masa masih belum menjadi raja, Charles sudah dikenal akrab dengan Islam dan muslimin. Pada berbagai kesempatan Charles secara terbuka memaklumatkan penghormatan serta penghargaan terhadap Islam.
Tatkala saya memperoleh kehormatan untuk makan siang bersama Pangeran Charles di Toba Brasserie Hotel Borobudur Jakarta tahun 1989, topik utama perbincangan di meja makan siang adalah jamu dan Islam.
Baca Juga : “Kami di Rumah Tidak Punya Komputer, Makan Sehari-hari Saja Sudah Repot”
Belajar bahasa Arab
Biographer Raja Charles III, Robert Jobson berkisah di dalam buku Charles at Seventy: Thoughts, Hope and Dreams bagaimana putra Ratu Elisabeth II belajar bahasa Arab demi lebih mampu menghayati Al Quran bahkan membubuhkan tanda tangan pada surat-surat resmi kepada para pemimpin Islam dengan aksara Arab.
Ketika islamophobia mulai merambah Eropa termasuk Inggris, adalah Charles yang meresmikan Oxford Centre for Islamic Studies di Universitas Oxford. Pada upacara bersejarah tersebut, Pangeran Charles menyampaikan orasi legendaris dengan judul “Islam and the West” demi meluruskan pandangan bengkok masyarakat Barat terhadap Islam.
“If there is much misunderstanding in the West about the nature of Islam, there is also much ignorance about the debt our own culture and civilisation owe to the Islamic world. It is a failure which stems, I think, from the straitjacket of history which we have inherited, Islam had .preserved a metaphysical and unified view of ourselves and the world around us , which the West had lost during the indhstrial revolution,“ kata Pangeran Charles.
Mengenai tuduhan bahwa Islam adalah agama ekstremis, Pangeran Charles nenegaskan, “We must not be tempted to believe that extremism is in some way the hallmark and essence of the Muslim. Extremism is no more the monopoly of Islam than it is the monopoly of other religions, including Christianity.”
Pangeran Charles menegaskan bahwa Islam adalah agama yang menjunjung tinggi toleransi berdasar keteladanan sikap dan perilaku Nabi Muhammad s.a.w. Maka Pangeran Charles tidak membenarkan Salman Rusdhie maupun kartun Denmark serta Charlie Hebdo melecehkan Nabi Muhammad s.a.w.
Tahun 2013, Pangeran Charles berpidato di hadapan para peserta World Islamic Economic Forum di London. “It is surely a good idea to explore how the spirit inherent in the “moral economy” of Islam could enable a just and ethical approach towards the management of systemic risk in economics, in business and finance,” kata dia dalam pidatonya itu.
Dalam menyambut bulan suci Ramadan, secara menyejukkan Pangeran Charles mengajak setiap orang belajar kearifan Islam.
“Not only the generosity, but also abstention, gratefulness and togetherness in prayer which will give great comfort to many across the world . The generosity of spirit and kind-hearted hospitality of Muslims does not cease to astound me and I am sure that as we enter more uncertain times … the Muslim community will again be a source of immense charitable giving this Ramadan,” ujar Charles.
Diharapkan jadi pemimpin dunia yang merawat kerukunan antar umat beragama
Pada hakikatnya, layak diyakini bahwa Raja Charles III pasti tidak tergolong ke kelompok para penyandang islamophobia. Jelas bahwa Charles bertolak belakang dengan Donald Trump dalam hal pandangan serta pemahaman tentang Islam.
Maka wajar apabila majalah Time menyampaikan harapan bahwa Raja Charles III dapat utama ikut berperan sebagai tokoh pemimpin dunia yang merawat kerukunan antar umat beragama di planet Bumi demi merajut perdamaian dunia pada belahan pertama abad 21.