JAKARTA, KOMPAS.com – Tragedi pasca-pertandingan sepak bola antara Arema Malang versus Persebaya Surabaya mengakibatkan ratusan korban.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, korban akibat tragedi itu mencapai 437 orang.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, korban tersebut meliputi korban luka-luka dan korban meninggal.
Adapum korban yang meninggal dunia mencapai 131 orang.
“(Data sampai) pagi ini, luka ringan-sedang 248 orang, luka berat 58 orang, dan meninggal 131 orang, tetapi angkanya bergerak (terus),” kata Nadia saat dihubungi Kompas.com, Senin (3/10/2022).
Nadia mengungkapkan, korban luka-luka itu dirawat di beberapa rumah sakit. Sebagian korban yang luka ringan sudah kembali ke rumah.
“Kalau yang luka ringan sudah ada yang pulang (ke rumah). Yang dirawat di rumah sakit hanya yang berat,” ucap dia.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyebut, tidak ada kendala terkait pelayanan kesehatan yang diberikan rumah sakit.
Korban luka-luka pun tidak perlu khawatir soal biaya. Sebab, biaya perawatan ditanggung oleh pemerintah.
“Semua biaya (pengobatan) ditanggung pemerintah. Sejauh ini tidak ada keluhan dalam hal pelayanan. Semua terlayani dengan cepat dan sesuai prosedur,” ucap Muhadjir.
Muhadjir melakukan kunjungan ke Malang bersama Menteri Sosial Tri Rismaharini untuk mewakili Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin.
Kunjungan itu bertujuan menjenguk para korban dan memberikan bantuan kepada keluarga korban meninggal.
“Hari ini Mensos (Risma) sudah berada di Malang mengunjungi keluarga korban sambil memberikan santunan, bersama saya,” kata dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, kerusuhan suporter terjadi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Sabtu (1/10/2022).
Kerusuhan dipicu oleh kekalahan Arema FC atas Persebaya dalam laga pekan ke-11 Liga 1 2022-2023.
Para suporter akhirnya turun ke lapangan setelah tak puas dengan hasil pertandingan. Lalu, untuk melerai massa, polisi menembakkan gas air mata ke lapangan dan tribun penonton.
Tembakan gas air mata membuat suporter panik dan berusaha mencari pintu keluar. Saat kondisi itu, banyak suporter yang terinjak-injak bahkan sesak napas karena paparan gas air mata.