3 Poin Penting Pertemuan Mesra Xi Jinping-Putin di Uzbekistan

Jakarta, CNN Indonesia — Di tengah gejolak dunia, Presiden China Xi Jinping bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Uzbekistan pada Kamis (15/9).
Pertemuan kedua presiden berlangsung di sela konferensi tingkat tinggi Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO). Ini merupakan pertama kalinya Xi pergi ke luar negeri sejak pandemi Covid-19 berlangsung.

Dalam kesempatan itu, Xi dan Putin menunjukkan kemesraan hubungan kedua negara. Xi bahkan mengatakan China siap bekerja sama untuk menjadi negara adikuasa dengan Rusia.

“China ingin bekerja sama dengan Rusia untuk memegang peran sebagai negara adikuasa, dan memegang peranan penting dalam menyuntikkan stabilitas dan energi positif di dunia yang sedang diguncang kekacauan sosial,” kata Xi kepada Putin.

Bacaan Lainnya

Berikut 3 hal penting hasil pertemuan Putin dan Xi Jinping:

Sindir AS soal Ukraina
Dalam pertemuan itu, Putin sempat menyindir Amerika Serikat yang merupakan sekutu dekat Ukraina. Putin menganggap Washington ingin terus menciptakan dunia unipolar dan menurutnya itu tidak dapat diterima.

Putin juga membahas upaya negara Barat yang terus menjatuhkan sanksi terhadap Rusia gegara invasinya ke Ukraina.

“Upaya untuk menciptakan dunia unipolar baru-baru ini memperoleh bentuk yang sangat buruk dan sama sekali tidak dapat diterima,” kata Putin di depan Xi seperti dikutip AFP.

“Kami sangat menghargai posisi seimbang dari China sehubungan dengan krisis di Ukraina,” kata Putin.

Sejak awal invasi Rusia ke Ukraina berlangsung, China menghindari untuk menjatuhkan sanksi apa pun terhadap Moskow. Meski begitu, Beijing mengutarakan keprihatinan terhadap peperangan di Ukraina dan meminta seluruh pihak untuk menempuh jalan dialog dalam menyelesaikan masalah.

Namun, tidak seperti kebanyakan negara Barat, China menolak mengecam Rusia atas invasinya ke Ukraina.

Isu Taiwan
Pertemuan Xi dan Putin ini juga berlangsung kala ketegangan Taiwan dan China tengah memanas akibat lawatan sejumlah pejabat AS ke Taipei pada Agustus lalu.
Bagi China, Taiwan masih merupakan wilayah kedaulatannya yang berambisi untuk merdeka. Menurut Beijing, setiap pejabat asing yang mengunjungi Taipei menunjukkan dukungan negara tersebut terhadap kemerdekaan Taiwan yang merupakan pelanggaran terhadap kedaulatan China.

Sejak itu, China semakin getol melancarkan provokasi militer terhadap Taiwan dengan menggelar latihan militer besar-besaran dan mengirimkan drone sampai jet tempur ke Selat Taiwan.

Dalam pertemuannya dengan Xi, Putin menegaskan posisi Rusia yang setia memegang prinsip Satu China.

“Kami menganut prinsip Satu China. Kami mengutuk provokasi AS di Selat Taiwan,” kata Putin.

Hubungan Tanpa Batas
Hubungan China dan Rusia terus menunjukkan kemesraan dalam beberapa tahun terakhir. Kedua negara menilai hubungan “tanpa batas” Beijing-Moskow bertindak sebagai penyeimbang dominasi global Amerika.

Xi menyatakan China bersedia bekerja sama dengan Rusia mengambil peran besar untuk menjaga stabilitas dunia.

“China bersedia melakukan upaya dengan Rusia untuk mengambil peran kekuatan besar, dan memainkan peran pemandu untuk menyuntikkan stabilitas dan energi positif ke dunia yang diguncang oleh gejolak sosial,” kata Xi kepada Putin pada pembicaraan tersebut.

Televisi pemerintah China CCTV juga mengutip Xi yang mengatakan China bersedia bekerja sama dengan Rusia untuk mendukung “kepentingan inti masing-masing”.

Rusia juga menggambarkan SCO sebagai “alternatif” dari berbagai institusi internasional yang didominasi negara Barat.

SCO terdiri dari China, India, Pakistan, Rusia, dan negara-negara bekas Uni Soviet di Asia Tengah seperti Kazakhstan, Kirgizstan, Tajikistan, dan Uzbekistan.

SCO didirikan pada 2001 sebagai organisasi politik, ekonomi, dan keamanan untuk menyaingi institusi Barat.

Bagi Putin, KTT SCO kali ini berlangsung pada saat yang penting, karena pasukannya menghadapi kemunduran besar di Ukraina dan di tengah tekanan Barat yang terus berlanjut demi menjadikan Rusia paria internasional.

Sementara itu, bagi Xi, KTT SCO tahun ini menjadi kesempatan untuk menopang kredensialnya sebagai negarawan global menjelang kongres penting Partai Komunis yang berkuasa pada Oktober mendatang.

Kongres itu digadang-gadang akan menetapkan Xi sebagai presiden China untuk periode berikutnya, membuka jalan baginya menjadi pemimpin Negeri Tirai Bambu seumur hidup.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *