KOMPAS.com – Kompor listrik terus mendapat sorotan, dan yang terbaru dinilai tidak sesuai untuk memasak masakan Indonesia.
Hal itu diungkapkan anggota Komisi VII DPR RI Mulan Jameela, Rabu (21/9/2022).
Istri musisi Ahmad Dhani itu mengatakan, kebijakan konversi kompor elpiji ke kompor listrik perlu dikaji lagi. Sebab, menurut Mulan, kompor listrik belum tentu cocok digunakan di Indonesia.
“Ini saya jujur ya, kapasitas saya sebagai anggota dewan dan sebagai emak-emak. Kami di rumah aja punya kompor listrik tetap tak bisa lepas dari yang gas, karena masakan Indonesia ya beda bukan masakan orang bule yang pancinya ya seukuran gitu aja,” kata Mulan dikutip dari KompasTV.
Dia menuturkan bahwa dirinya juga pernah memiliki kompor listrik di rumahnya. Namun, kompor listrik itu rusak lantaran aliran listrik di rumahnya tidak stabil.
“Saya punya kompor listrik di sana (Cisarua), karena listrik nggak stabil kayak di kota itu kompornya rusak. Padahal, nggak diapa-apain cuma karena listrik nggak stabil,” tutur Mulan.
Namun, benarkah bahwa kompor listrik tidak sesuai dengan masakan Indonesia?
Penjelasan chef
General Manager Hotel Mercure Bali Sanur Yosie Bagus yang pernah berprofesi sebagai executive chef mengatakan, kesulitan memasak menggunakan kompor listrik merupakan hal yang wajar.
Kesulitan itu terjadi karena menurutnya masyarakat masih dalam proses adaptasi.
Menurutnya, proses adaptasi ini dirasakan pada waktu memasak, suhu, hingga tekstur masakan yang dihasilkan.
Namun, faktor tersebut tentu saja dapat disesuaikan seiring dengan semakin terbiasanya masyarakat menggunakan kompor listrik.
“Timing dan temperatur serta tekstur bisa disesuaikan, sehingga mendapatkan hasil yang memuaskan,” kata Yosie saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (24/9/2022).
Perbedaan proses memasak dengan kompor listrik
Sementara itu mengenai lama waktu memasak, Yosie mengatakan bahwa memasak menggunakan kompor listrik dan kompor gas memang ada perbedaan, namun tidak signifikan.
“Pasti ada perbedaan, meski perbedaannya tidak signifikan,” ungkapnya
Sebab suhu panas dari kompor listrik bisa didapatkan secara cepat atau lambat sesuai dengan besar atau kecilnya daya listrik yang dimiliki kompor tersebut.
Sementara untuk kompor gas, suhu tinggi lebih cepat diperoleh lantaran suhu kompor hanya dibedakan menjadi 2, yakni bertekanan tinggi dan rendah.
Hal ini memudahkan masyarakat untuk memperoleh suhu tinggi.
“Dimana kalau kompor gas high presure dalam mencapai suhu tinggi bisa lebih cepat dicapai, dibandingkan kompor low presure,” tandas Yosie.
Ciri khas memasak masakan Indonesia
Di sisi lain, Pastry Chef The Alana Hotel and Convention Center Yogyakarta Chef Zainal mengatakan tidak semua masakan Indonesia dimasak dengan suhu yang tinggi. Namun memang membutuhkan proses yang lama.
Hal inilah yang membuat masakan Indonesia berbeda dengan masakan Chinese atau Western.
“Sebenarnya masakan Indonesia cenderung lebih lama dalam tempo memasak dibandingkan dengan masakan western atau chinese,” ujarnya, saat dihubungi oleh Kompas.com, Sabtu (24/9/2022).
Sebagai contoh, masakan rendang dan soto. Rendang dan soto membutuhkan proses memasak yang lama dengan suhu yang rendah. Tujuannya agar bumbu dapat meresap sehingga masakan menjadi lebih nikmat.
“Menggunakan kompor listrik yang bisa di stel dengan suhu tertentu bisa dijadikan alternatif memasak makanan indonesia,” tandasnya.
Perbedaan aroma masakan
Perbedaan lainnya antara masakan yang dimasak menggunakan kompor gas dan kompor listrik terdapat pada aroma masakan yang dihasilkan.
“Aroma masakan yang dihasilkan memang akan berbeda, antara menggunakan kompor gas, kompor listrik, arang atau kayu bakar,” imbuhnya.
Uji coba konversi kompor gas ke listrik
Sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang bekerjasama dengan PT PLN (Persero) tengah melakukan uji coba Program Konversi Kompor gas ke kompor listrik.
Uji coba ini merupakan upaya untuk mengurangi subsidi gas elpiji 3 kilogram yang dianggap tidak tepat sasaran.
Nantinya, pemerintah akan membagikan kompor listrik secara gratis kepada masyarakat di wilayah uji coba, di antaranya Denpasar, Bali hingga Solo, Jawa Tengah.
Uji coba ini akan menentukan kelanjutan dari program konversi kompor listrik.