Sandiaga Uno Yakin Tahun Politik Waktu Tepat untuk Berinvestasi di Sektor Pariwisata

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno memastikan tahun 2023 yang akan menjembatani tahun 2024 yang disebut sebagai tahun politik akan berdampak positif bagi pariwisata Indonesia. Menurut Sandiaga, tahun ini justru menjadi peluang bagi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif untuk bangkit.

Menjelang tahun politik akan ada banyak kegiatan yang dilakukan di hotel-hotel. “Bisa dibilang ini kesempatan kita untuk menyampaikan bahwa politik justru bagus untuk pariwisata dan ekonomi kreatif karena pasti banyak banget kegiatan di hotel-hotel seperti meeting dan event-event lainnya,” ucap Sandiaga Uno di acara Indonesia Tourism Outlook 2023 di Artotel Suites Mangkuluhur, Jakarta , Rabu (18/1/2023).

Sandiaga mengusulkan berbagai kegiatan politik dilakukan di kafe-kafe dengan mendatangkan para calon anggota legislatif. Mereka bisa melakukan kegiatan pemberdayaan, diskusi, pelatihan hingga pendampingan. Menurut Sandi, hotel dan restoran bisa jadi area menyenangkan untuk melakukan acara politik.

Bacaan Lainnya

“Jadi, politik itu seharusnya menggembirakan dan menurut saya situasinya sekarang sudah berubah total. Politik yang tidak bersuka cita sudah mulai ditinggalkan oleh milenial. Mereka pengennya yang happy-happy,” kata dia.

Sandi menilai era politik yang memecah belah sudah mulai ditinggalkan generasi muda. Tahun 2023 ini menjadi waktu yang tepat untuk berinvestasi di destinasi wisata unggulan Indonesia, mengingat pemerintah menargetkan bisa membuka 4,4 juta lapangan kerja di sektor pariwisata pada 2024.

Sandi mendorong para investor untuk bisa berinvestasi lebih besar di lima destinasi super prioritas, 10 destinasi prioritas pariwisata, dan delapan kawasan ekonomi khusus pariwisata. “Jadi kalau ditanya gimana tahun politik? Don’t worry bro, saya punya datanya karena saya dulu investor. Justru di tahun politik ini bukan tahun wait and see, tapi tahun yang penuh peluang investasi,” jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Holding BUMN Pariwisata, PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney, mengungkapkan wisatawan nusantara (wisnus) berperan memeratakan ekonomi. “Mengapa penting sekali wisatawan nusantara dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia? Wisatawan nusantara ini pada dasarnya berperan sebagai pemerataan ekonomi,” ucap Dony.

Ia menambahkan bahwa wisata dalam negeri adalah tempat yang ekonominya baik, biasanya terjadi transfer secara keuangan kepada daerah-daerah yang memiliki destinasi wisata. “Movement-nya wisnus adalah obat penangkal resesi bagi Indonesia karena memang ekonomi kita masih sebagian besar tergantung pada konsumsi domestik,” terang Dony.

Karena itu, pergerakan wisatawan domestik ini tidak boleh dibatasi, apalagi pemerintah telah mencabut kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). “Wisnus ini justru mendorong pemerataan ekonomi karena terjadinya shifting uang, karena itu tepat sudah yang disampaikan Pak Menteri bahwa pariwisata ini harus bisa jadi obat penangkal resesi,” dia menekankan kembali.

Meski resesi membayangi ekonomi global, kondisi ekonomi Indonesia masih baik dan sektor pariwisata kembali menjadi mesin perekonomian nasional.”Resesi boleh terjadi di luar negeri tetapi Indonesia dengan pariwisata, resesi ini kita hindari dan kita tangkal terus untuk tidak terjadi,” tutur Dony.

Menjelang akhir 022, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) ditargetkan bisa mendorong 1,2–1,4 miliar kunjungan wisatawan nusantara pada 2023. Gen Z dan milenial menjadi harapan utama untuk memenuhi target tersebut.

Menurut Hasil Sensus Penduduk 2020, jumlah gen Z di Indonesia mencapai 75,49 persen atau setara 27,94 persen dari total populasi di Indonesia. Sementara, generasi milenial mencapai 69,38 juta jiwa atau sekitar 25,87 persen. Dengan demikian, persentase populasi milenial dan Gen Z di Indonesia mendominasi dengan 53,81 persen.

Menurut data IDN Research Institute 2022, 49 persen responden kalangan milenial menyatakan telah siap berwisata, sedangkan proporsi Gen Z lebih besar dengan 55 persen. Milenial yang dimaksud adalah mereka yang berusia 26–40 tahun, sementara gen Z adalah yang berada di rentang usia 13–25 tahun.

“Generasi milenial dan Gen Z ini low hanging fruit. Dari segi nilai enggak tinggi, tapi banyak, sehingga purchasing power-nya tinggi. Mereka harus dikenalkan soal Indonesia dan wisata di Indonesia saja,” kata Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf Ni Made Ayu Marthini dalam Rakornas Kemenparekraf 2022 di Grand Sahid, Jakarta, Jumat, 16 Desember 2022.

Mayoritas dari gen Z dan milenial sensitif terhadap harga, sehingga wisata domestik menjadi pilihan utama. “Kalau murah, langsung nyari tiket, tapi kalau mahal entar dulu deh,” ucap Made. Tak heran bila mayoritas dari mereka memilih bepergian menggunakan mobil (50 persen), sedangkan yang memilih naik pesawat mencapai 50 persen.

Prioritas mereka saat berwisata hampir mirip, yakni wisata alam, kuliner, urban, staycation. Namun, Gen Z juga menyelipkan budaya sebagai atraksi wisata yang juga dinikmati. Selain itu, Made memprediksi sport tourism bakal menjadi tren wisata ke depan di kalangan generasi muda.

Made juga mengingatkan bahwa digitalisasi tidak bisa ditawar lagi, terutama untuk menjangkau kalangan wisatawan milenial dan Gen Z. Ia menyebut, mereka sangat haus informasi. Semuanya serba ingin cepat sehingga informasi pun harus diseminasi dengan cepat, terutama lewat platform media sosial populer.

Di sisi lain, ia juga meminta agar para mitra di daerah membenahi website dan media sosial dengan memperkayanya dengan beragam foto dan konten menarik. Tugas itu bukan hanya ada di tangan pemerintah, tetapi juga asosiasi.

Pos terkait