Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan mobilisasi militer parsial dalam upaya memperkuat pasukan untuk operasi militer di Ukraina. Dia menyerukan peningkatan wajib militer, dengan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu mengonfirmasi Rusia akan memanggil hingga 300.000 tentara cadangan untuk dikerahkan dalam konflik Ukraina.
Putin dalam pidatonya juga memperingatkan bahwa Rusia akan menggunakan senjata apapun untuk mempertahankan wilayahnya. Putin turut bicara potensi penggunaan senjata nuklir.
“Mereka yang berusaha memeras kami dengan senjata nuklir seharusnya mengetahui bahwa angin juga bisa berbelok ke arah mereka,” ucap Putin dengan nada memperingatkan, pekan lalu, seperti dilansir AFP.
“Ini bukan gertakan,” tegas Putin saat itu.
Dalam pernyataan terpisah pada Sabtu (24/9) waktu setempat, Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Lavrov menyebut bahwa wilayah-wilayah Ukraina yang tengah menggelar referendum akan mendapatkan perlindungan penuh jika dianeksasi oleh Moskow.
Keempat wilayah itu adalah Luhansk, Kherson, kemudian sebagian wilayah Donetsk dan Zaporizhshia. Hasil referendum dinilai akan memenuhi keinginan Moskow dan parlemen Rusia dilaporkan akan segera mengambil langkah untuk meresmikan aneksasi dalam hitungan hari.
Dengan memasukkan empat wilayah Ukraina itu ke dalam wilayah Rusia, maka Kremlin bisa melontarkan dalih bahwa upaya merebut kembali wilayah-wilayah itu sebagai serangan terhadap Rusia sendiri — menjadi ancaman bagi Kiev dan Barat.
Dalam pernyataan terbaru, Lavrov kembali mengulangi klaim palsu Moskow untuk membenarkan invasi, yakni bahwa pemerintah terpilih di Kiev berkuasa secara tidak sah dan dipenuhi neo-Nazi.
Saat ditanya wartawan apakah Rusia akan memiliki alasan untuk menggunakan senjata nuklir demi mempertahankan wilayah yang dianeksasi, Lavrov menjawab bahwa wilayah Rusia, termasuk wilayah yang ‘akan ditetapkan’ dalam konstitusi Rusia di masa depan, ‘berada di bawah perlindungan penuh negara’.
“Kami telah berkomunikasi secara langsung, secara pribadi dan pada level yang sangat tinggi kepada Kremlin bahwa setiap penggunaan senjata nuklir akan berhadapan dengan konsekuensi bencana bagi Rusia, bahwa AS dan sekutu-sekutunya akan merespons dengan tegas,” demikian penegasan Sullivan.
“Kami telah jelas dan spesifik soal apa yang akan diperlukan,” imbuhnya.
“Kami telah berkomunikasi secara langsung, secara pribadi dan pada level yang sangat tinggi kepada Kremlin bahwa setiap penggunaan senjata nuklir akan berhadapan dengan konsekuensi bencana bagi Rusia, bahwa AS dan sekutu-sekutunya akan merespons dengan tegas,” demikian penegasan Sullivan.
“Kami telah jelas dan spesifik soal apa yang akan diperlukan,” imbuhnya.
Sullivan menyebut Putin telah ‘melambaikan kartu nuklir di berbagai titik dalam konflik ini’. Dia menegaskan bahwa hal itu menjadi masalah ‘yang dianggap sangat serius karena ini adalah persoalan dengan keseriusan yang tertinggi — kemungkinan penggunaan senjata nuklir untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia II’.
Ukraina Respons Putin
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menganggap Putin tidak hanya menggertak ketika menegaskan Moskow siap menggunakan senjata nuklir untuk mempertahankan wilayahnya. Menurut Zelensky, ancaman Putin itu ‘bisa saja menjadi kenyataan’.
Seperti dilansir Reuters dan CNN, Senin (26/9/2022), Putin menyampaikan ancaman nuklir terselubung dalam pidatonya pada Rabu (21/9) lalu, dengan menyatakan Moskow akan menggunakan senjata apapun untuk melindungi Rusia dan rakyatnya jika integritas wilayahnya terancam.
“Dengar, mungkin kemarin itu gertakan. Sekarang, itu bisa menjadi kenyataan,” cetus Zelensky dalam wawancara dengan media terkemuka Amerika Serikat (AS), CBS News, yang dipublikasikan Minggu (25/9) waktu setempat.
“Saya tidak berpikir dia menggertak,” imbuhnya merujuk pada Putin. Zelensky sebelumnya mengecilkan ancaman-ancaman serupa sebagai pemerasan nuklir.