JAKARTA, KOMPAS.com – Sejumlah pedagang beras mulai mengurangi stok di kiosnya untuk menyiasati kenaikan harga beras yang terus terjadi.
Harga beras naik seiring dengan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) milik PT Pertamina. Kenaikan harga beras rata-rata Rp 900-Rp 1.000 per liter.
Seorang pedagang beras di Pasar Baru Bekasi bernama Andri (36) mengaku mengurangi stok beras yang dijual agar tidak rugi apabila harga beras tiba-tiba kembali turun.
“Sekarang enggak berani stok banyak. Biasanya dikirim pakai mobil besar, sekarang pakai mobil pikap dan 50 karung. Takut tiba-tiba harganya turun lagi,” ujar Andri di kiosnya, Rabu (5/10/2022).
Meski demikian, Andri menuturkan bahwa stok beras di kiosnya selalu tersedia.
“Sekarang asal ada saja (stoknya), takut tiba-tiba harganya turun lagi. Kalau ambil stok banyak tapi harga turun, saya rugi,” kata Andri.
Kondisi serupa juga ditemukan di Pasar Baru Kramatjati, Jakarta Timur. Pedagang beras bernama Willi (33) tak mau menyimpan stok beras terlalu banyak di kiosnya.
Sebab, banyak pelanggan yang mengurangi pembelian beras di tokonya imbas kenaikan harga.
Willi khawatir kualitas beras menurun apabila terlalu lama disimpan karena tidak laku. Willi juga khawatir harga beras turun saat stok beras yang lebih mahal belum habis terjual.
“Langganan yang biasa beli 10 atau 20 liter, memang jadi berkurang. Mereka yang biasa beli segitu, jadi dikurangi. Memang enggak terlalu berpengaruh, tapi ya kalau stok banyak, takut harganya turun,” ujar Willi.
Willi menduga, selain faktor kenaikan harga BBM, kondisi cuaca yang kini memasuki musim penghujan menjadi salah satu penyebab harga beras naik.
“Faktornya karena belum panen. BLT juga ngaruh, karena yang biasanya beli beras, jadi enggak beli dahulu karena mereka (pembeli) mau habisin beras yang bantuan dulu,” ucap Willi.
Sebagai informasi, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan, melambungnya harga beras tak dapat dihindari.
Kenaikan beras di pasar menyusul keputusan pemerintah menaikkan harga BBM.
“Memang tidak bisa dihindari kenaikan harga (beras), yang pertama karena memang fertilozer naik, kedua memang biaya tanam, ada distribusi BBM memang naik kemarin,” kata Arief di Jakarta, Senin (3/10/2022).