Cerita Aulia, Alumni DKV ITENAS yang Menangkan Sayembara Logo IKN

Jakarta – Siapa yang belum melihat pohon hayat sebagai logo IKN Nusantara? Rupanya logo itu dirancang oleh alumni Desain Komunikasi Visual Institut Teknologi Nasional (DKV Itenas) tahun 2010 bersama 9 rekannya.
Diumumkan beberapa waktu lalu, logo karya Aulia Akbar dan teman-temannya berhasil memenangkan sayembara pembuatan logo IKN Nusantara dari Presiden Joko Widodo. Tema pohon hayat yang kini menjadi logo IKN Nusantara, dibuat Aulia dan teman-temannya di studio POT Branding House yang terletak di Jalan Pesantren, Kelurahan Cigadung, Kecamatan Cibeunying Kaler, Kota Bandung. Ditemani Rektor Prof Meilinda Nurbanasari, Aulia mengungkapkan kebahagiaannya.

“Kalau ngomongin perasan, surreal banget ya, enggak percaya aja,” kata Aulia dalam detikJabar, Rabu (31/5/2023).
Aulia menuturkan, ada sekitar 500 orang atau tim yang mengikuti sayembara ini. Membuat Aulia dan tim harus bersaing dengan 500 logo, sementara penyelenggara sayembara hanya memilih 10 logo.

Dinilai Jokowi-Lolos 5 Besar
Sukacita menyelimuti tim saat berhasil mendapat peringkat 10 besar. Tak disangka, tim Aulia juga berhasil masuk ke 5 besar. Di mana peringkat 5 besar ini juga ditentukan oleh Presiden Joko Widodo.
“Soal mentalitasnya itu dari awal udah pasrah aja dengan ikut kontribusi 10 desain juga, kita di kantor itu senang banget gitu. Apalagi dengan terpilihnya ini, semoga bukan hanya saya doang, karena saya hanya representasi tim aja, karena yang kerja ini ada banyak, ada 10 orang, termasuk teman-teman dari komunitas, gather inside itu banyak banget gitu, yang fokus di literatur dan lain-lain,” ungkapnya.

Tak hanya oleh penyelenggara dan Presiden Jokowi, penilaian lima logo terpilih juga dinilai oleh rakyat Indonesia.
“Dari 5 tersebut diinisiasi Presiden untuk dibuka ke publik, semua bisa lihat dan merasakan,” tambahnya.

Saat disinggung seperti apa penilaiannya, Aulia mengaku bingung, karena 5 besar logo tersebut semuanya terbaik.
“Sebenarnya, kenapa dipilih 5 awalnya, saya juga nggak tau tolak ukurnya karena kita nggak punya realitas sebagai presiden ya, jadi kita nggak tau visual identity dilihat cara pandang Presiden itu gimana, jadi selama ini yang bisa dilakukan,” ucapnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *